Tampilkan postingan dengan label Kepemimpinan efektif dalam manajemen pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kepemimpinan efektif dalam manajemen pendidikan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Desember 2011

Manajemen Pendidikan

Kepemimpinan efektif dalam manajemen pendidikan

Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan merupakan faktor kunci keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti dalam manajemen pendidikan . Maju mundurnya suatu organisasi banyak dipengaruhi oleh faktor kepemimpinannya. Kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, transparan, cerdas, memahami tugas dan kewajibannya, memahami anggotanya, mampu memotivasi, dan berbagai sifat yang baik yang terdapat dalam diri seorang pemimpin. Ia sadar bahwa pemimpin memiliki arti sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain melalui keteladanan, nilai-nilai serta prinsip yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang yang mendapat amanah sebagai eksekutif akan menunjukkan nilai-nilai moral tersebut, sehingga mereka akan memimpin berdasarkan prinsip (principle centered leadership). Toto Tasmara (2002:196) menyatakan bahwa memimpin bukan hanya mempengaruhi agar orang lain mengikuti apa yang diinginkannya. Bagi seorang muslim, memimpin berarti memberikan arah atau visi berdasarkan nilai-nilai ruhaniah. Mereka menampilkan diri sebagai teladan dan memberikan inspirasi bagi bawahannya untuk melaksanakan tugas sebagai keterpanggilan ilahi. Sehingga mereka memimpin berdasarkan visi atau mampu melihat dan menjangkau ke masa depan (visionary leadership).
Ariani (2003:95) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin mempunyai pengikut yang secara sukarela melaksanakan tugas-tugasnya dengan keahlian dan intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk memelihara fleksibilitas dan memperkenalkan perubahan. Mereka cenderung menyukai perubahan dan menganggap konflik adalah wajar, bahkan harus ada. Bagi pemimpin. kegagalan adalah hal yang biasa dan merupakan konsekuensi dari proses belajar. Apabila ia merasa gagal ia harus belajar dan berani mengakui kegagalannya. Pemimpin yang baik, tidak hanya mengakui kegagalan yang ia lakukan tetapi ia berusaha keras untuk memperbaiki kegagalan yang pernah dilakukannya. Pemimpin yang berhasil ia selalu berpikir, berorientasi, dan mengambil keputusan untuk jangka panjang dan bertanggung jawab. Mereka tidak memerintah dan mengendalikan pengikut, melainkan mengajak untuk melakukan yang terbaik, memberikan arahan dan kebebasan berkreasi pada pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan beberapa pengertian tentang kepemimpinan menurut para ahli. Wahjosumidjo (1987:10) menyatakan bahwa apabila seseorang ingin mempelajari dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemimpinan , perlu lebih dahulu mengerti dan paham arti atau batasan istilah kepemimpinan .
Pengertian kepemimpinan yang di kutip oleh Paul Hersey and Blanchart (1977:83- 84) dalam bukunya Management Organizational Behavior adalah sebagai berikut:
1. Leadership is the activity of influencing exercised to strive willingly for group objectives (George P Terry).
2. Leadership as interpersonal influence exercised in situation an directed, through the communication process, toward the attainment of a specialized goal the goals (Robert T Irving R. Wischler, Fred Na.ssarik).
3. Leadership is influencing people to follow in the achievement of a common goal (Harold Koonte and Cyril O Donnell).
Menurut Hemhiel and Coons (1957:7) bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal). Sedangkan menurut Rauch and Behling (1984:46) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs and Jacques, 1990:281). Lebih lanjut ditegaskan Kouzes dan Posner (1993:11) menyatakan Leadership is a relationship, one between constituent and leader that is based in mutual needs and interest.
Sebagai hubungan antara anggota-anggota organisasi dan pemimpin, maka kepemimpinan berlangsung atas dasar adanya saling membutuhkan dan minat yang sama dalam rangka mencapai tujuan.
Wahjosumidjo (1987:11) menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna:
1. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada din i seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesunggupan (capability).
2. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity)pemimpin yang tidal( dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
3. Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut dan situasi.
Sejalan dengan itu, kepemimpinan sebagai konsep manajemen oleh Stogdill (1974:57) dapat dirumuskan ke dalam berbagai macam deflnisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. la menyebutkan bahvva kepemimpinan adalah: (1) suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham, (2) suatu bentuk persuasi dan inspirasi, (3) suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh, (4) tindakan atau perilaku, (5) titik sentral proses kegiatan kelompok, (6) hubungan kekuatanfkekuasaan, (7) sarana pencapaian tujuan, (8) suatu hasil dari interaksi, (9) peran yang dipolakan, dan (10) sebagai inisiasi (permulaan) struktur. Ada empat bidang studi kepemimpinan , yaitu traits, behavior, situasional dan power influence approach (Yuki, 1976:26).
Ada tiga pendekatan tentang studi kepemimpinan . Pertama, studi kepemimpinan yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai sifat para pemimpin, yakni dalam usaha menjawab pertanyaan How one becomes a leader Kedua, studi kepemimpinan yang menekankan kepada berbagai perilaku pemimpin, yaitu untuk memberikan jawaban atau pertanyaan How leader behave , dan ketiga, studi kepemimpinan kontingensi, yaitu studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan What makes the leader effective (Wahjosumidjo, 1987:12).
Lebih lanjut Feisal (1995:284) menyatakan bahwa kepemimpinan di dalam Islam adalah suatu hal yang inheren, serta merupakan salah satu sub sistem dalam sistem Islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek kehidupan secara principal. Islam mengatur niat-amal-tujuan sekaligus sumber kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku, dan tujuan hidup. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang dipimpin hares mempunyai keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilaksanakan melalui prinsip kepemimpinan , yaitu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksnakan hak berpartisipasi bagi yang dipimpin.
Quraish Shihab (1996:159) menjelaskan bahwa Islam menyebutkan kepemimpinan dengan beberapa istilah atau nama, diantaranya imamah, ri ayah, imarah, dan wilayah, yang semuanya itu pada hakikatnya adalah amanah (tanggung jawab). Nabi SAW bersabda: Apabila amanat disia-siakan, maka nantikanlah kehancurannya. Ketika ditanya, Bgaimana menyia-nyiakannya ? Beliau menjawab: Apabila wewenang pengelolaan ( kepemimpinan ) diserahkan kepada orang yang tidak mampu.
Hendaknya sejak dini pada setiap pribadi selalu ditanamkan suatu keyakinan bahwa dirinya terlahir sebagai pemimpin, sebagaimana sabda Rasulullah: Setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak akan dipertanyakan tentang kepentimpinannnya. (HR. Muslim). Menurut Quraish Shihab (1996:163) dalam al-Quran ada perintah menunaikan amanat kepada pemiliknya, disusul dengan perintah menetapkan putusan yang adil, kemudian dilanjutkan dengan perintah taat (taqwa) kepada Allah, rasul dan ulil amri.
Memahami pengertian kepemimpinan dari sudut pandang para pakar akan memberikan gambaran bahwa kepemimpinan merupakan suatu peran yang sangat penting dalam manajemen pendidikan . Berbagai pengertian, konsep, teori dan praktik kepemimpinan dalam manajemen pendidikan bertujuan agar pendidikan dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat terhadap mute pendidikan menuntut kepemimpinan yang efektif . Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan adalah bagaimana is mampu berperan secara efektif dalam mendorong dan pelopor perubahan organisasi menuju organisasi yang bennutu. Upaya memperbaiki mutu dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif . Dukungan dari anggota hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya benar-benar bermutu atau unggul. Dalam buku Technology in Educational Change karangan David F. Salisbury (1996:149) menyatakan -Without quality leadership and skillful management, even the ideas are never implemented. Without good management and on going support for their leaders, those lower in the organization become disillusioned in time, cease to continue the change effort.
Peran kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah hanya akan maju bila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki keterampilan manajerial, sena integritas kepribadian dalam melaksanakan perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai dengan iklim organisasinya (Syafaruddin, 2002:50).
Kepala sekolah akan dapat memainkan perannya dengan efektif apabila memahami budaya sekolah yang dipimpinnya. Perubahan budaya yang berorientasi kepada mutu hams dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus memainkan kepemimpinan yang demokratis, transparan, jujur, bertanggung jawab, menghargai guru dan staf, bersikap adil, dan sikap terpuji lainnya yang tertanam dalam diri dan dirasakan oleh warga sekolahnya. Kepala sekolah terbuka menerima kritik dan masukan dari guru, staf TU, para siswa dan orang tua tentang budaya yang berkembang di sekolah.
Budaya sekolah ini berkaitan dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang masa depan sekolah. Kepala sekolah yang memiliki visi untuk menghadapi tantangan sekolah di masa depan akan lebih sukses dalam membangun budaya sekolah. Zamroni (2000:152) menegaskan bahwa untuk membangun visi sekolah ini, diperlukan kolaborasi antara kepala sekolah, guru, orang tua, staf administrasi dan tenaga professional. Budaya sekolah akan baik apabila: (a) kepala sekolah dapat berperan sebagai model, (b) mampu membangun tim kerjasama, (c) belajar dari guru, staf, dan siswa, dan (d) memahami kebiasaan yang baik untuk terus dikembangkan. Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan sekolah yang spesifik tersebut. Karena, akan memberikan perspektif dan kerangka dasar untuk melihat, memahami dan memecahkan berbagai problem yang terjadi di sekolah. Dengan dapat memahami pennasalahan yang kompleks sebagai suatu kesatuan secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam tnenjaga dan memberikan lingkungan yang kodusif bagi berlangsungnya proses tumbuhkembangnya budaya mutu di sekolah.
Kepemimpinan mutu pendidikan akan mampu menggerakkan organisasi agar program dan tujuan yang telah ditetapkan bersama dapat tercapai. Demikian pula dengan gerakan mutu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau menumbuh kembangkan budaya mutu (quality culture) harus ditopang oleh peran kepemimpinan yang bermutu. Sallis (1993:86) menyatakan bahwa -Leadership is the esensial ingredient in TQM. Leader must have the vision and he able to translate it into clear policies and aspesific goals.

Pustaka
Ilmu dan aplikasi pendidikan

Artikel Terkait